Sabtu, 29 Mei 2010

kisah abunawas: menantang raja

Pada suatu sore ketika Abu Nawas ke
warung teh kawan-kawannya sudah
berada di situ. Mereka memang sengaja
sedang menunggu Abu Nawas.
"Nah ini Abu Nawas datang." kata salah
seorang dari mereka.
"Ada apa?" kata Abu Nawas sambil
memesan secangkir teh hangat.
"Kami tahu engkau selalu bisa melepaskan
diri dari perangkap-perangkap yang
dirancang Baginda Raja Harun Al Rasyid.
Tetapi kami yakin kali ini engkau pasti
dihukum Baginda Raja bila engkau berani
melakukannya." kawan-kawan Abu Nawas
membuka percakapan.
"Apa yang harus kutakutkan. Tidak ada
sesuatu apapun yang perlu ditakuti kecuali
kepada Allah Swt." kata Abu Nawas
menentang.
"Selama ini belum pernah ada seorang pun
di negeri ini yang berani memantati
Baginda Raja Harun Al Rasyid. Bukankah
begitu hai Abu Nawas?" tanya kawan Abu
Nawas.
"Tentu saja tidak ada yang berani
melakukan hal itu karena itu adalah
pelecehan yang amat berat hukumannya
pasti dipancung." kata Abu Nawas
memberitahu.
"Itulah yang ingin kami ketahui darimu.
Beranikah engkau melakukannya?"
"Sudah kukatakan bahwa aku hanya takut
kepada Allah Swt. saja. Sekarang apa
taruhannya bila aku bersedia
melakukannya?" Abu Nawas ganti
bertanya.
"Seratus keping uang emas. Disamping itu
Baginda harus tertawa tatkala engkau
pantati." kata mereka. Abu Nawas pulang
setelah menyanggupi tawaran yang amat
berbahaya itu.
Kawan-kawan Abu Nawas tidak yakin Abu
Nawas sanggup membuat Baginda Raja
tertawa apalagi ketika dipantati. Kayaknya
kali ini Abu Nawas harus berhadapan
dengan algojo pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja Harun Al Rasyid
akan mengadakan jamuan kenegaraan.
Para menteri, pegawai istana dan orang-
orang dekat Baginda diundang, termasuk
Abu Nawas. Abu Nawas merasa hari-hari
berlalu dengan cepat karena ia harus
menciptakan jalan keluar yang paling aman
bagi keselamatan lehernya dari pedang
algojo. Tetapi bagi kawan-kawan Abu
Nawas hari-hari terasa amat panjang.
Karena mereka tak sabar menunggu
pertaruhan yang amat mendebarkan itu.
Persiapan-persiapan di halaman istana
sudah dimulai. Baginda Raja menginginkan
perjamuan nanti meriah karena Baginda
juga mengundang rajaraja dari negeri
sahabat.
Ketika hari yang dijanjikan tiba, semua
tamu sudah datang kecuali Abu Nawas.
Kawan-kawan Abu Nawas yang
menyaksikan dari jauh merasa kecewa
karena Abu Nawas tidak hadir. Namun
temyata mereka keliru. Abu Nawas
bukannya tidak datang tetapi terlambat
sehingga Abu Nawas duduk di tempat yang
paling
belakang.
Ceramah-ceramah yang mengesankan
mulai disampaikan oleh para ahli pidato.
Dan tibalah giliran Baginda Raja Harun Al
Rasyid menyampaikan pidatonya. Seusai
menyampaikan pidato Baginda melihat Abu
Nawas duduk sendirian di tempat yang
tidak ada karpetnya. Karena merasa heran
Baginda bertanya, "Mengapa engkau tidak
duduk di atas karpet?"
"Paduka yang mulia, hamba haturkan
terima kaslh atas perhatian Baginda.
Hamba sudah merasa cukup bahagia duduk
di sini." kata Abu Nawas.
"Wahai Abu Nawas, majulah dan duduklah
di atas karpet nanti pakaianmu kotor
karena duduk di atas tanah." Baginda Raja
menyarankan.
"Ampun Tuanku yang mulia, sebenarnya
hamba ini sudah duduk di atas karpet."
Baginda bingung mendengar pengakuan
Abu Nawas. Karena Baginda melihat sendiri
Abu Nawas duduk di atas lantai. "Karpet
yang mana yang engkau maksudkan wahai
Abu Nawas?" tanya Baginda masih
bingung.
"Karpet hamba sendiri Tuanku yang mulia.
Sekarang hamba selalu membawa karpet
ke manapun hamba pergi." Kata Abu
Nawas seolah-olah menyimpan misteri.
"Tetapi sejak tadi aku belum melihat karpet
yang engkau bawa." kata Baginda Raja
bertambah bingung.
"Baiklah Baginda yang mulia, kalau
memang ingin tahu maka dengan senang
hati hamba akan menunjukkan kepada
Paduka yang mulia." kata Abu Nawas
sambil beringsut-ringsut ke depan. Setelah
cukup dekat dengan Baginda, Abu Nawas
berdiri kemudian menungging
menunjukkan potongan karpet yang
ditempelkan di bagian pantatnya. Abu
Nawas kini seolah-olah memantati Baginda
Raja Harun Al Rasyid. Melihat ada sepotong
karpet menempel di pantat Abu Nawas,
Baginda Raja tak bisa membendung tawa
sehingga beliau terpingkal-pingkal diikuti
oleh para undangan.
Menyaksikan kejadian yang menggelikan
itu kawan-kawan Abu Nawas merasa
kagum.
Mereka harus rela melepas seratus keping
uang emas untuk Abu Nawas.

0 komentar:

Posting Komentar